Nama ku Deni Setiawati dan aku biasa dipanggil Denis. Sekarang aku bersekolah di SMA Negeri 1 Indralay dan duduk di bangku kelas XI IPA 3. Ini ceritaku 3 tahun yang lalu lebih tepatnya ketika aku masih duduk di bangku SMP kelas 2.
Cerita ini dimulai saat pagi itu. Seperti biasa, setiap hari aku menjalani aktivitas dan rutinitasku di setiap pagi. Kejar-kejaran dengan bis kota, berdesak-desakkan dengan penumpang lain kemacetan, debu dan polusi sudah menjadi bagian dari hidupku. Sejak aku memutuskan untuk melanjutkan Sekolah Menengah Pertama-ku di kota metropolitan semua itu seolah-olah menyatu dalam hidupku. Tetapi pagi itu tidak seperti biasanya, pagi itu terasa sungguh berbeda, 2 bola mata yang begitu coklat, kulit yang begitu putih bersih dan rambut yang bewarna merah kecoklatan mungkin adalah salah satu faktor yang menyebabkan pagi itu terasa berbeda.
Tanpa ku sadari mata ini memperhatikannya begitu lama dan tanpa disengaja pula imajinasiku telah membawaku ke dalam dunia hayalku yang begitu indah. Naluri ku berkata sungguh indah hasil karya ciptaan tuhan ini, mungkin ini adalah salah satu karya yang indah yang tuhan ciptakan dari sekian miliaran manusia yang ia ciptakan, sungguh sang pencipta yang maha segalanya atas segala sesuatu yang ada di bumi ini.
Tidak lama dari itu bang kondektur membuyarkan lamunanku untuk menangih ongkos dan betapa terkejutnya aku ketika melihat sosok yang sejak tadi ku amati dari kejauhan sudah duduk di sampingku lebih tepatnya di samping kiri ku.
Denyutan jantung yang bekerja begitu cepat dari biasanya, salah tingkah dan rasa dag dig dug langsung ditepis dengan sebuah tatapan sinis olehnya. Oh tuhan kenapa dan mengapa ini terjadi, aku yang tidak menyukai suasana yang membuatku tegang dan merasa tidak nyaman ini akhirnya memutuskan untuk memulai membuka pembicaraan lebih dulu
“Hei, uda lama ya duduk disini?”
“Apaan si lu, sok kenal banget!” dengan tatapan sinis
“Iya maaf gue kan Cuma nanya”
“Cewek aneh lu, tadi sok baik sekarang pasang muka melas, sorry uang saku gua udah cukup buat ongkos dan makan siang gua, nggak buat bayarin ongkos lu!”
“Hei, uda lama ya duduk disini?”
“Apaan si lu, sok kenal banget!” dengan tatapan sinis
“Iya maaf gue kan Cuma nanya”
“Cewek aneh lu, tadi sok baik sekarang pasang muka melas, sorry uang saku gua udah cukup buat ongkos dan makan siang gua, nggak buat bayarin ongkos lu!”
Oh tuhan mimpi apa aku semalam, kenapa engkau mempertemukan ku dengan pemuda yang begitu menyebalkan ini, kenapa pagi ini aku harus duduk di sampingnya, dan kenapa juga aku bisa 1 bis dengan pemuda ini? kenapa tuhan?
“Methodist 1, Methodist 1, Methodist 1…”
“Ada bang, eh nona sok tau gua duluan ya” dengan senyum jailnya
“sono lu! semoga ini pertemuan pertama sekaligus terakhir”
“Hati-hati ya nona manis sama kata-katanya barusan, gua pastiin suatu hari lu bakalan tarik semua kata-kata lu tadi”
“sono lu! semoga ini pertemuan pertama sekaligus terakhir”
“Hati-hati ya nona manis sama kata-katanya barusan, gua pastiin suatu hari lu bakalan tarik semua kata-kata lu tadi”
Ketika ku ingin menjawab ledekan dari pemuda itu, bang kondektur langsung memberikan kode kepada bang sopir untuk memberhentikan bis nya dan para penumpang yang ingin turun agar bersiap-siap untuk turun.
“Methodist 1 habis, Methodist 1 habis, lanjuuut…”
“Akhirnya” bernapas lega
“Eh neng nggak ikutan turun juga bareng pacarnya, mau ngebolos ya neng?”
Aku hanya tersenyum sinis menanggapi pertanyaan dari bang kondektur itu.
“Methodist 1 habis, Methodist 1 habis, lanjuuut…”
“Akhirnya” bernapas lega
“Eh neng nggak ikutan turun juga bareng pacarnya, mau ngebolos ya neng?”
Aku hanya tersenyum sinis menanggapi pertanyaan dari bang kondektur itu.
Ternyata tuhan sudah berbaik hati dan mengabulkan permintaanku pada waktu itu, ternyata waktu itu adalah pertemuan pertama dan mungkin sekaligus pertemuan terakhirku dengan pemuda yang sudah membuatku terpukau pada waktu itu. Tetapi tuhan berkata lain, ternyata pemuda yang ku maksud tadi sudah duduk manis di bangku paling depan di dalam bis yang aku tumpangi pagi itu. Sepertinya situasi dan kondisi waktu itu sudah mengatur semuanya, karena pada waktu itu hanya tersisa 1 bangku kosong di dalam bis itu lebih tepatnya bangku itu berada di sampingnya. Tanpa memikirkan gengsi aku langsung duduk di sampingnya, dan untuk yang kedua kalinya aku membuka pembicaraan lebih dahulu.
“Hei pit, tumben-tumbenan lu bisa duduk manis di dalam bis, biasanya juga uda gelantungan aja lu di pintu bis” sambil membenahi tali sepatuku yang dari tadi belum terikat
“Maaf, dik. Saya bukan orang yang mbak maksud, nama saya Radit, lengkapnya Ahmad Rezky Raditya” sambil mengulurkan tangannya
Tutur ucapannya yang begitu sopan dan lembut membuatku langsung menoleh dan mencari sumber dimana suara itu berada, dan setelah aku menemukan sumber suara itu mata ku seakan-akan tidak berkedip dan mulutku seakan-akan terkunci rapat, tidak ada satu kata pun yang bisa aku ucapkan pada saat itu…
“Mbak? hello, apa ucapan saya menyakiti hati mbak?”
“oh eh maaf, uda salah orang. nggak maksud buat ngomong gitu sama lu, sekali lagi maaf ya kak” jawabku grogi
“iya nggak apa-apa kok dek, ngomong-ngomong nama adik siapa?” tersenyum ramah
“Panggil aja Denis kak”
“Hei pit, tumben-tumbenan lu bisa duduk manis di dalam bis, biasanya juga uda gelantungan aja lu di pintu bis” sambil membenahi tali sepatuku yang dari tadi belum terikat
“Maaf, dik. Saya bukan orang yang mbak maksud, nama saya Radit, lengkapnya Ahmad Rezky Raditya” sambil mengulurkan tangannya
Tutur ucapannya yang begitu sopan dan lembut membuatku langsung menoleh dan mencari sumber dimana suara itu berada, dan setelah aku menemukan sumber suara itu mata ku seakan-akan tidak berkedip dan mulutku seakan-akan terkunci rapat, tidak ada satu kata pun yang bisa aku ucapkan pada saat itu…
“Mbak? hello, apa ucapan saya menyakiti hati mbak?”
“oh eh maaf, uda salah orang. nggak maksud buat ngomong gitu sama lu, sekali lagi maaf ya kak” jawabku grogi
“iya nggak apa-apa kok dek, ngomong-ngomong nama adik siapa?” tersenyum ramah
“Panggil aja Denis kak”
Kali ini aku benar-benar tertegun dengan perkataannya. Baru kali ini ada seorang pemuda yang membuatku mengagumi tutur katanya. Tuhan memang seniman yang hebat dengan kuasanya dia menciptakan bumi dan beserta isinya dengan semua karya-karya indahnya. kemudian, sebuah suara membuyarkan lamunanku. Alunan suara yang begitu merdu itu berasal dari pemuda yang baru saja aku kenal pagi ini, Radit. Iya dialah sumber dari alunan suara merdu itu…
“Dik, kakak duluan ya. Nanti kalau ada kesempatan di lain waktu kita sambung lagi”
“oh eh iya kak, hati-hati di jalan ya kak, dan selamat belajar buat hari ini”
“iya dik, terima kasih ya. Bang kiri ya”
“ok dik, pir kiri pir”
Tak lama dari itu pun bisa yang sudah mempertemukanku dengan pemuda yang memliki nama lengkap Ahmad Rezky Raditya atau yang kusapa dengan kak Radit itu pun berhenti, dan beranjak pergi melanjutkan tugasnya untuk mengantarkan penumpang-penumpang lain yang ada di dalam bis pada waktu itu.
“Dik, kakak duluan ya. Nanti kalau ada kesempatan di lain waktu kita sambung lagi”
“oh eh iya kak, hati-hati di jalan ya kak, dan selamat belajar buat hari ini”
“iya dik, terima kasih ya. Bang kiri ya”
“ok dik, pir kiri pir”
Tak lama dari itu pun bisa yang sudah mempertemukanku dengan pemuda yang memliki nama lengkap Ahmad Rezky Raditya atau yang kusapa dengan kak Radit itu pun berhenti, dan beranjak pergi melanjutkan tugasnya untuk mengantarkan penumpang-penumpang lain yang ada di dalam bis pada waktu itu.
DI Sekolah
Aku yang dari tadi asik dengan lamunanku, tidak menyadari adanya keberadaan 2 orang sahabatku yang sudah dari tadi memperhatikan tingkah laku ku. Tanpa menunggu ku menyelesaikan lamunan ku yang tidak tahu kapan habisnya, 2 orang sahabatku langsung saja mengintrogasi ku dengan sejuta pertanyaan yang sudah mereka siapkan
“Nis, dari tadi kita perhatiin lu senyum-senyum mulu deh, emang lu lagi dapet apa si? lotre ya?”
“Iya tu, bener apa yang dibilang sama eka barusan. Kalo lagi dapet lotre bagi dong, kita kan juga mau”
“Eh lu berdua kalau nggak tau mending jangan sok tau deh dari pada mikir yang nggak-nggak mending kantin yok. Udah laper ni” jawabku seenaknya dan langsung meninggalkan mereka
“Denis!” seru mereka kompak
Aku yang tadinya berjalan santai, langsung berlari meninggalkan mereka
Aku yang dari tadi asik dengan lamunanku, tidak menyadari adanya keberadaan 2 orang sahabatku yang sudah dari tadi memperhatikan tingkah laku ku. Tanpa menunggu ku menyelesaikan lamunan ku yang tidak tahu kapan habisnya, 2 orang sahabatku langsung saja mengintrogasi ku dengan sejuta pertanyaan yang sudah mereka siapkan
“Nis, dari tadi kita perhatiin lu senyum-senyum mulu deh, emang lu lagi dapet apa si? lotre ya?”
“Iya tu, bener apa yang dibilang sama eka barusan. Kalo lagi dapet lotre bagi dong, kita kan juga mau”
“Eh lu berdua kalau nggak tau mending jangan sok tau deh dari pada mikir yang nggak-nggak mending kantin yok. Udah laper ni” jawabku seenaknya dan langsung meninggalkan mereka
“Denis!” seru mereka kompak
Aku yang tadinya berjalan santai, langsung berlari meninggalkan mereka
Beberapa bulan dari kejadian itu aku kembali menjalani aktivitas dan rutinitasku seperti biasa. Akhir-akhir minggu ini aku sering tertidur di dalam bis, kejar-kejaran dengan bis dan lupa membuat tugas dari guru itu semua karena kebiasaan burukku bangun kesiangan kembali datang. Pagi itu mungkin adalah pagi yang memberikan efek jera kepadaku karena kebiasaan burukku itu, bis terakhir jurusan Perumnas-Plaju sudah terlihat di perempatan lampu merah yang biasanya tempat aku menunggu bis itu 10 detik lagi akan berangkat dan meninggalkan ku. Akan tetapi, pagi itu keberuntungan masih berada di pihak ku, ternyata orang yang selama ini sudah aku anggap sebagai musuh terbesarku pagi itu berubah menjadi malaikat yang berwujud manusia yang tuhan kirimkan sebagai dewa penolongku, Felix! iya mungkin ini sedikit mengejutkan tetapi nyatanya itulah yang terjadi pada pagi itu
“Buruan raih tangan gua, ntar lu bisa telat kesekolahnya” sambil mengulurkan tangannya
Tanpa memikirkan rasa gengsi, aku pun langsung meraih uluran tangannya. Aneh bin ajaib entahlah setan apa yang sudah merasukinya pagi itu, sejuta pertanyaan yang ada di benakku seakan-akan memaksaku untuk mengucapkannya lewat lisan ku dan entahlah juga apa yang membuat mulutku terkunci rapat dan mataku tidak berkedip pada waktu itu. Kejadian hari itu seakan-akan tidak seperti begitu nyata. FTV dan drama-drama yang selama ini sering aku saksikan, hari ini terjadi juga pada ku. Mungkin kali ini Felix yang tidak menyukai suasana yang dingin ini, dan pada akhirnya dia mulai memberikan penjelasan apa yang barusan dia lakukan tadi
“Sorry udah lancang dan berani pegang tangan lu tadi, nggak ada niat buat macem-macem sama lu, sumpah” jelasnya gugup
“oh eh iya nggak apa-apa kok justru gua mau ngucapin terima kasih karena lu uda bantuin gua tadi, coba nggak ada lu mungkin gua hari ini bakalan dapet hukuman dari guru piket karena udah berani datang telat” jawabku asal
“iya kalau gitu sama-sama. Mukanya biasa aja kali ya, nggak usah merah gitu”
kemudian kami berdua pun tertawa lepas dan dari situlah hubungan persahabatan kami dimulai
“Buruan raih tangan gua, ntar lu bisa telat kesekolahnya” sambil mengulurkan tangannya
Tanpa memikirkan rasa gengsi, aku pun langsung meraih uluran tangannya. Aneh bin ajaib entahlah setan apa yang sudah merasukinya pagi itu, sejuta pertanyaan yang ada di benakku seakan-akan memaksaku untuk mengucapkannya lewat lisan ku dan entahlah juga apa yang membuat mulutku terkunci rapat dan mataku tidak berkedip pada waktu itu. Kejadian hari itu seakan-akan tidak seperti begitu nyata. FTV dan drama-drama yang selama ini sering aku saksikan, hari ini terjadi juga pada ku. Mungkin kali ini Felix yang tidak menyukai suasana yang dingin ini, dan pada akhirnya dia mulai memberikan penjelasan apa yang barusan dia lakukan tadi
“Sorry udah lancang dan berani pegang tangan lu tadi, nggak ada niat buat macem-macem sama lu, sumpah” jelasnya gugup
“oh eh iya nggak apa-apa kok justru gua mau ngucapin terima kasih karena lu uda bantuin gua tadi, coba nggak ada lu mungkin gua hari ini bakalan dapet hukuman dari guru piket karena udah berani datang telat” jawabku asal
“iya kalau gitu sama-sama. Mukanya biasa aja kali ya, nggak usah merah gitu”
kemudian kami berdua pun tertawa lepas dan dari situlah hubungan persahabatan kami dimulai
Selama kurang lebih 6 bulan hubungan persahabatan kami terjalin dengan indah, bertegur sapa di antara kami setiap hari selalu terjadi dan bersanda gurau di dalam bis sudah menjadi kebiasaan kami. Akan tetapi, semua itu berubah seketika saat sang waktu mempertemukan kami berempat (aku, felix, yeni dan Radit) di bis secara bersamaan. Entahlah situasi apa yang terjadi pada saat itu, aku yang berniat untuk menyapa mereka tiba-tiba saja terjadi perselisihan di antara kami
“Kak Radit, Yeni jadi kalian…” belum sempat melanjutkan kata-kataku, tiba-tiba saja kak Radit lansung memotong kata-kataku
“Enggak kok dik, ini nggak seperti apa yang kamu bayangin” jelasnya
“Jadi kalian berdua sudah saling kenal?”
Felix yang dari tadi duduk di sampingku pun ikut angkat bicara “Kalian pada ngomongin apaan si binggung gua”
“Ah tega lu nis, sama sahabat sendiri aja gini! pagar makan taneman lu!” pergi meninggalkan kami bertiga
Dan tak lama dari itu felix dan kak radit juga ikut meninggalkan ku di dalam bis, keadaan bis seakan-akan seperti keadaan kuburan di malam hari, Sepi, senyap dan menyebalkan
“Kak Radit, Yeni jadi kalian…” belum sempat melanjutkan kata-kataku, tiba-tiba saja kak Radit lansung memotong kata-kataku
“Enggak kok dik, ini nggak seperti apa yang kamu bayangin” jelasnya
“Jadi kalian berdua sudah saling kenal?”
Felix yang dari tadi duduk di sampingku pun ikut angkat bicara “Kalian pada ngomongin apaan si binggung gua”
“Ah tega lu nis, sama sahabat sendiri aja gini! pagar makan taneman lu!” pergi meninggalkan kami bertiga
Dan tak lama dari itu felix dan kak radit juga ikut meninggalkan ku di dalam bis, keadaan bis seakan-akan seperti keadaan kuburan di malam hari, Sepi, senyap dan menyebalkan
Dari kejadian waktu itu aku merasa kehilangan 2 sosok sahabat sekalgus, sejak kejadian waktu itu tak pernah kulihat lagi sosok pemuda yang biasanya membuat hari-hariku lebih bewarna dan sosok perempuan yang begitu bawel ketika bertemu dengan ku, aku seakan-akan berjalan sendirian di gelapnya malam dan tidak ada yang memberikan penerang jalanku.
Pucuk di cinta ulam pun tiba, orang yang selama ini kucari-cari secara tiba-tiba muncul bersamaan di hadapanku, tanpa berpikir panjang aku langsung meluapkan rasa amarah dan kesalku sekaligus rasa rinduku yang selama ini ada di hatiku
“Oh jadi gini kelakuan kalian di belakang aku, enak-enakkan pacaran sementara akau seperti orang bodoh yang merasa kehilangan 3 orang sahabat sekaligus? tega ya!! emang salah gua sama kalian apaan si kok tega bener” aku terus menghantam mereka dengan kata-kataku yang sudah aku pendam selama ini, tanpa memikirkan perasaan mereka yang mendengar. Tak lama dari itu yeni yang dari tadi duduk di depan ku langsung berdiri dan memelukku sambil menangis
“kita nggak ada maksud buat nyakitin lu”
“nggak ada maksud gimana, ini uda jelas”
Felix yang dari tadi menyaksikan sikapku yang seperti anak kecil dan berdiri di sampingku, akhirnya mulai menjelaskan semua yang terjadi
“iya nis apa yang dibilang felix semua bener, kita ada kerjasama buat bikin kejutan di hari spesial lu entar, awalnya gua nggak setuju, tapi mereka bertiga maksa gua, ya udah 3 lawan 1 mau ngapain lagi, Cuma bisa pasrah”
“Jahat bener si” aku yang dari tadi tertegun mendengarkan penjelasan dari keempat sahabatku akhirnya menangis terharu. Oh tuhan betapa indahnya kalo yang engkau berikan di tahun ini, ternyata kado ini yang kau berikan kepada ku setelah cobaan yang kau berikan itu, terima kasih tuhan. Dan Kami kembali bersahabat seperti sediakala
“Oh jadi gini kelakuan kalian di belakang aku, enak-enakkan pacaran sementara akau seperti orang bodoh yang merasa kehilangan 3 orang sahabat sekaligus? tega ya!! emang salah gua sama kalian apaan si kok tega bener” aku terus menghantam mereka dengan kata-kataku yang sudah aku pendam selama ini, tanpa memikirkan perasaan mereka yang mendengar. Tak lama dari itu yeni yang dari tadi duduk di depan ku langsung berdiri dan memelukku sambil menangis
“kita nggak ada maksud buat nyakitin lu”
“nggak ada maksud gimana, ini uda jelas”
Felix yang dari tadi menyaksikan sikapku yang seperti anak kecil dan berdiri di sampingku, akhirnya mulai menjelaskan semua yang terjadi
“iya nis apa yang dibilang felix semua bener, kita ada kerjasama buat bikin kejutan di hari spesial lu entar, awalnya gua nggak setuju, tapi mereka bertiga maksa gua, ya udah 3 lawan 1 mau ngapain lagi, Cuma bisa pasrah”
“Jahat bener si” aku yang dari tadi tertegun mendengarkan penjelasan dari keempat sahabatku akhirnya menangis terharu. Oh tuhan betapa indahnya kalo yang engkau berikan di tahun ini, ternyata kado ini yang kau berikan kepada ku setelah cobaan yang kau berikan itu, terima kasih tuhan. Dan Kami kembali bersahabat seperti sediakala
SELESAI
0 komentar:
Posting Komentar