cerpen Senja Merindukan Bulan

Mentari terlihat indah…
Angin yang berlalu membuat hati terasa syahdu…
Rindu yang kian lama terpendam belum juga terobati. Hati yang selalu menanti kehadirannya walaupun hanya sebatas mimpi. Tapi apalah daya, sepertinya penantian ini hanyalah penantian yang tak berujung.
Hari ini telah berlalu… malam pun datang membawa sepercik kebahagiaan di hati Nadya. Malam itu dia mendapatkan sepucuk surat untuk yang ke-20 kalinya dari seseorang yang ia nantikan selama ini. Rio… itulah nama seseorang yang selalu Nadya nanti. Yang Nadya tau, selama ini Rio pindah keluar negeri untuk melanjutkan pendidikannya disana. Nadya dan Rio menjalin hubungan sejak 22 tahun silam, mereka berpisah di tahun kedua masa pacaran. Saat itu Nadya masih mengenakan seragam putih abu-abu. Dari seragam putih abu-abu hingga saat ini, saat usianya hamper mencapai kepala empat, yaa tepatnya usia Nadya 38 tahun, selama itu ia masih setia menanti kehadiran sang pujaan hati. Nadya pun berharap penantiannya ini tak akan sia-sia. Dia masih percaya, suatu saat nanti Rio akan datang membawa kebahagiaan untuknya.
Hari demi hari telah banyak dilalui..
Musim demi musim telah banyak berganti.. selama itulah Nadya menanti Rio. Rindu yang mendalam, cinta yang begitu besar, dan kesetiaan yang tak diragukan dengan itulah Nadya sanggup untuk bertahan. Sejak perpisahan itu Nadya tak pernah lagi bertemu dengan Rio, yang Nadya temukan hanyalah sepucuk surat setiap tahunnya yaitu tepat saat hari ulang tahun Nadya. Baginya sepucuk surat dari Rio adalah kado terindahnya. Isi surat dari Rio setiap tahunnya hampir sama yaitu nasihat dan semua harapan Rio untuk Nadya di setiap tahun bertambahnya usia. Semua nasihat yang ada di surat itu Nadya jadikan motivasi dan berusaha untuk mewujudkan semua harapan Rio. Tapi… yang membuat janggal hati Nadya adalah kertas surat Rio yang selama ini ia terima. Surat itu tertulis pada lembaran kertas kuno. Apa mungkin Rio mengumpulkan sesuatu yang kuno agar terkesan antik saat ia mengirimkan surat itu kepada Nadya? Itulah yang Nadya fikir selama ini.
Di surat ke-20 itu Rio berpesan kepada Nadya untuk selalu menjaga dirinya, dan berusaha melupakan Rio untuk selamanya karena Rio telah menemukan hidup barunya disana. Melihat isi surat itu Rio, Nadya kaget!!! Hatinya berontak dan bertanya, “Ada apa dengan Rio? Apa mungkin Rio telah mencintai gadis lain disana? Ahhh… Mengapa Rio bisa setega itu kepadanya dan semudah itu menghianati cinta mereka yang telah Nadya pertahankan selama ini?”.
Akhirnya dengan rasa cemas Nadya berangkat ke Bandung untuk menemui Rio karena pada saat itu Nadya mendapat kabar bahwa keluarga Rio tiba di Bandung sore itu.
Sesampai di Bandung, Nadya langsung menuju ke rumah Rio yang baru. Dan saat itu Nadya bertemu dengan ibu Rio. “Sore tante.. Rio-nya ada?” Tanya Nadya. Ibu Rio sontak kaget dengan kedatangan Nadya yang tiba-tiba itu. “Ooo.. nak Nadya, kok tumben sore-sore begini keluar rumah, dulu kan tidak pernah dapat izin kalau keluar sore,” Basa-basi ibu Rio. “Tentu saja boleh dong tante.. Nadya kesini kan untuk menemui tante dan keluarga. Lagian kita sudah lama tidak bertemu,” Ucap Nadya. “Nadya tau darimana kalau tante dan keluarga sudah ada di Bandung,” Tanya ibu Rio. “Nadya mendapat kabar dari temen Rio, katanya Tante sekeluarga sudah ada di Bandung sore ini,” Jawab Nadya. “Tante Rio-nya mana? Nadya ada perlu sama Ri,” Tambah Nadya. “Baiklah.. Mari kita temui Rio kebetulan Rio tidak ada di rumah,” kata ibu Rio. Akhirnya mereka berdua pergi untuk menemui Rio.
Sesampainya disana Nadya kaget. “Lohhh.. tante kenapa kita ke makam. Memangnya Rio berziarah di makam siapa. Bukannya makam keluarga besar tante ada di Jakarta?” Tanya Nadya. “Nadya… sepertinya saat ini kamu harus tau apa yang sebenarnya telah terjadi,” Kata ibu Rio. “Maksud tante apa? Nadya tidak mengerti,” Nadya heran. “Begini nak nadya, 20 tahun silam saat Rio berpamitan pada nak Nadya, saat itulah Rio menderita kanker otak stadium 4. Dia keluar negeri bukanlah untuk melanjutkan pendidikannya melainkan untuk berobat. Tetapi semua itu tidak membuahkan hasil yang baik, Rio meninggal disana. Keesokan harinya, jasad Rio di kirim ke sini. Dan inilah pusara Rio,” kata ibu Rio. “Jadi, selama ini yang mengirim surat untuk Nadya itu siapa tante?” Tanya Nadya sambil menangis. “Sebenarnya yang mengirimkan surat itu tante, Rio menitipkan surat itu kepada tante dan dia berpesan agar surat ini tante kirimkan setiap tahunnya tepat pada saat ulang tahunmu nak. Mungkin nak Nadya heran kenapa kertas surat Rio terlihat kuno, karena itu lembaran kertas surat 20 tahun yang lalu. Sebenarnya Rio ingin menulis surat yang ke-21 untukmu, tapi sayangnya Rio sudah tidak sanggup lagi untuk melanjutkan menulis suratnya untukmu, karena penyakit yang ia derita sudah mencapai stadium akhir. Selama ini tante sekeluarga di luar negeri hanya untuk menjalankan amanah Rio. Selama 20 tahun tante disana dan tante mengirimkan surat itu setiap tahunnya. Dan setelah surat yang terakhir, surat ke-20 tante kirimkan, tante sekeluarga baru pindah lagi ke Indonesia. Alasan tante tidak kembali ke Jakarta supaya nak Nadya tidak tau kalau kita sekeluarga telah kembali. Maka dari itu kita semua memutuskan untuk tinggal di Bandung saja. Sebenarnya tante ingin memberitahukan hal ini kepadamu sejak dulu nak.. tapi semua ini adalah keinginan Rio… Rio menyembunyikan penyakitnya karena dia tidak mau kamu menjadi sedih melihat Rio yang sedang menunggu hari kematiannya.. Rio hanya ingin melihat senyummu di sisa waktunya walaupun sebenarnya hanya harapan kosong yang ia berikan kepadamu,” Kata ibu Rio. “Tante, kenapa tante tidak jujur saja pada Nadya? Setidaknya Nadya bisa melihat Rio untuk yang terakhir kalinya,” Kata Nadya. “Maafkan tante nak, tante hanya menjalankan amanah Rio. Maafkan tante,” Jelas ibu Rio.
Nadya hanya bisa menangis melihat kenyataan pahit ini. Menangis di atas pusara Rio, menyesali karena tidak bisa menemani Rio di sisa waktunya, bahkan ia pun tak dapat melihat Rio untuk yang terakhir kalinya…
Rio yang selama ini ia nantikan hanyalah sebuah angan..
Rio yang selama ini ia harapkan hanyalah sebuah khayalan.. semua harapan Nadya kini telah sirna, yang ada di depan mata hanyalah sebuah pusara, dan Rio kini telah pergi untuk selamanya. Nadya menangis dan terus menangis. Rindu yang selama ini ia pendam, ia curahkan di atas pusara itu. Nadya berharap kelak ia dipertemukan dengan Rio di kehidupan yang selanjutnya.
Saat ini Nadya hanyalah sebuah “senja yang merindukan bulan” dan bulan itu adalah Rio, karena Nadya hanya merindukan seseorang yang tidak mungkin ia temui lagi di dunia ini. Seperti halnya senja yang merindukan bulan, karena senja takkan mampu bertemu dengan bulan. Bulan hanya akan datang saat senja telah menghilang…
See you again

SHARE ON:

Hello guys, I'm Tien Tran, a freelance web designer and Wordpress nerd. Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque laudantium, totam rem aperiam, eaque ipsa quae.

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar